Kamis, 03 Maret 2011

My grandpa's Violin (fiksi)

cerita ini seharusnya ada sejak 6 tahun yg lalu. Sebelum kakekku meninggal. Aku bersumoah Ia adalah pemain biola terbaik sepanjang masa untukku. Seandainya Ia di sini.. huh... yang ada hanya biolanya yang usang dan dingin. Yah mungkin dengan sedikit retakan. Tapi retakkan itu hasil dari adik sepupuku. Kalau boleh jujur ia orang yang paling sabar DI RUMAH KU!!!! aku sudah lupa cara ia berbicara,wajahnya,apalagi wajahnya. Apa yang ia pikirkan ketika aku sudah sebesar ini? Aku sangat merindukannya dulu suara biolanya yang indah membuatku terlelap. Ia suka memainkan melodi yang mellow. Tapi yang terdengar kini hanyalah suara biola yang sumbang tanpa arah. mungkin aku belum indah dari rumahku jika ia masih ada tentunya.. tapi apa daya, Tuhan punya rencana. Dulu aku berpikir, Tuhan sampai kapan kakek akan tidur? mengapa ia tak bangun-bangun?? setiap aku mengingatnya aku teringat. Tiap aku tidak mau makan ia yang mengajakku berkeliling. Itu sangat lucu bahkan samapi aku umur 5 tahun kira-kira dua tahun setelah ia tak ada. Aku masih senang melakukan hal sama. Hahaha aneh jiwa anak kecil masih tersimpan di hati. Bila ia di sini pasti aku kena marah bila aku nakal. Yang dapat menemaniku sekarang hanyalah nenekku. Aku tak pernah lupa kebaikkannya. Dulu aku sangat manja. Bahkan dahulu mainanku selaut. Sangat banyak. Sangat susah melupakannya. Ia tak bisa hilang dari ingatanku bahkan selama 6 tahun. SELAMA ITU!!! Biola yang dulunya  mengkilap dan indah sekarang sudah bermandikan debu dan sumbang. Seandainya itu milikku ingin rasanya kuambil barang itu. Namun kepada siapa aku harus izin? Yah mungkin memang ini jalanku. Aku akan selalu ingat suara my grandpa's Violin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar